Wednesday, December 21, 2011

Blog terbaru

Info blog terbaru ke alamat ini:

www.yayujapan.wordpress.com


Terimakasih,

-Catatan Harian Seorang Ibu-

Monday, January 17, 2005

Menanti Jundi Kedua

Saat keputusan pasti kulihat dari foto USG jundiku, subhanalloh...alhamdulillah rezekidan amanah baru telah datang. Ya, dokter memastikan ada akachan di perutku berusia 15 minggu.Tak terasa, seharusnya 15 minggu sebelumnya aku tersadar ada kehidupan baru dalam perutku.
Perjalanan dalam pesawat dengan beban yang berat di punggung, tak terasakan bahwa sesuatu telah hadir di dalam diri. Rasa pusing yang sebenarnya kurasakan saat tiba di negeri sendiri, saatberlibur bersama keluarga, suami dan anak yang masih berumur 8 bulan saat itu membuat aku tak tersadar akan hadirnya dirimu.
Harapan demi harapan dilalui. Entah seperti apa jundiku yang kedua ini. Semoga engkaumenjadi anak yang sholeh/sholehah, sehat dan cerdas.Rasa Lelah yang dirasakan karena selain menanti dirimu, onichan yang sedang aktif-aktifnyamenjalani usia 1 tahunnya. Yang sedang berlatih berjalan, menaiki tangga, menuruni tanggakadang diselingi lari-lari kecil, lompat-lompat. Yang terkadang mencoba menjadikan tubuhku bagai guling yang bisa dilompati ke sana sini.
Saat pergi belanja, belajar, jalan-jalan, ke dokter. Onichan dan dirimu senantiasa menemaniku.Dengan baby car yang harus dinaik dan diturunkan saat menaiki bis yang mengantarkan kita. Rasalelah dan pegal terkadang menghinggapi di tubuh ummimu.
Bismillah..semoga engkau terlahir selamat dan sempurna, menjadi anak yang sholeh/sholehah.
Ummuazzam, Nara

Sunday, January 16, 2005

Memadukan Dua Hati

Selintas membaca judul di atas mungkin ungkapan tersebut biasa digunakan pada dua orang yang akan menjalin janji dalam ikatan pernikahan. Tapi, dalam tulisan sederhana ini, saya ingin menceritakan antara Azzam dan Emiko, anak yang sehari2 menemani di rumah.
keduanya hanya terpaut 1.5 tahun, kondisi menjelang dilahirkan pun masing2 memiliki kejadin menarik dan menegangkan. Si kakak, hampir dilahirkan saat perjalanan menuju rumah sakit. Di mizonokuchi eki, hampir-hampir saat keluar dari densha, saya sudah tidak dapat melangkahkan kaki, padahal densha melaju cepat persisdi belakang tubuh. Si Adik, dilahirkan saat suami pergi bertugasdan orangtua yang datang untuk menemani, besok pagi harus pergi menemui adikdi lain pulau. Alhamdulillah semua dilahirkan dalam rentang 3 - 5 jam hingga semuaorang2 terdekat bisa langsung menyaksikan saat2 yang menegangkan dan berlalu denganselamat.
Kini, saat yang baru kembali ke rumah, ada perasaan khawatir, takut muncul rasa cemburudari si kakak. Merinding, saat mendengar seorang kakak tega membunuh adiknya karena rasa cemburu akibat salah orang tua. Karenanya, berhati-hati saya bersikap, sehingga bersikap lebihmemperhatikan kakak daripada adik. Dari segi perasaan, kakak yang sudah 1.6 th dan memang butuhperhatian banyak. Saat bermain, saat makan bahkan menjelang tidur. Tentunya berusahatidak mengabaikan si adik. Saat disusuin, saat mulai mengoceh, menangis, saat ingin dilihatatau ingin digendong.
Hampir 3 bulan terlewati bersama, Azzam terlihat mulai memahami keberadaan Emiko. Terlepas dari baby car yang selama hampir 1.3 tahun menemaninya kemanapun pergi dijalaninyasedikit demi sedikit. Kini berjalan dan berlari-lari menjadi kesenangannya saat diajak keluar. Jalan menanjak atau menurun dilaluinya.Tentunya saat lelah dia pun ungkapkan dengan mogok jalan. Abinya pun segera menggendongnya.
Di rumah, sesekali baby box diguncang-guncang saat Azzam meminta perhatian. Emiko, hanya menolehdan mungkin mengira mengajak bermmain. Saat ditidurkan di futon, kakak dengan hati-hati menghindariagar adik tidak terinjak, alhamdulillah.Semoga Azzam-kun, Emiko-chan kalian menjadi kakak-adik yangsaling menyayangi, saling tolong menolong dalam kebaikan, semoga Allah SWT memadukan hati kalian berdua.Semoga kalian menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah, amin.
umminya Azzam dan Emiko,Nara 29 Desember 2004.




Otanjoubi Omedetou Azzam-chan

Yuteibi anak pertama adalah tanggal 8 Juni 2003, hari Ahad. Sehari sebelumnya
sabtu, 7 Juni 2003, saya dan suami tlah cek mingguan ke rumah sakit. Saat itu dinyatakan sudah bukaan 3 cm. Baru saja 2 minggu sebelumnya masih 1,5 cm, alhamdulillah.
Rasanya ingin segera kami menimang bayi yang selama ini menampakkan gerakannya yang lincah dalam perut. Menurut Dokter Sone, dokter di Takatsu Cuo Byouin, tempat aku periksa, masih ditunggu seminggu lagi, jika belum lahir barulah dilakukan induksi.

Hari Ahad sambil menanti saat tiba, mulailah mengepel jongkok (saran ibu), bersih-bersih kamar mandi dan merayu suami tuk menemani jalan-jalan supermarket di miyazakidai, toko 100 yen dan 99 yen yang jaraknya lumayan jauhhh.
Tiba di rumah...subhanalloh..memang benar-benar mantap, sampai pegal, bahkan suamiku sejak tiba di rumah tak beranjak lagi dari tempat tidur...(saking lelahnya). Jalan-jalan di siang hari menjelang musim panas tentunya melelahkan. Setelah istirahat beberapa jam, langsung aku teringat tangga di sebelah apartemen kami. Beberapa tetangga yang saat itu hamil, tak pernah melewatkan kesempatan naik turun tangga itu. Sekali lagi kurayu suami untuk menemani, walau lelah demi istri akhirnya mau...Alhamdulillah 2-3 kali berhasil kulalui, bersama-sama kekasihku dan anak-anak tetangga Faruq dan Imam,yang kerap kali main dan jalan-jalan dengan kami.

*****
Malam itu, tidurku nyenyak sekali karena setelah seharian jalan-jalanjalan dan bersih-bersih rumah.
Tiba-tiba...
Jam 2 pagi aku merasa mulasss sekali, saat itu aku masih serasa mimpi antara sadar dan tidak.
kuperhatikan jam dinding, dan..subhanalloh ternyata sakitnya berulang setiap 20 menit. Masih belum percaya karena beberapa hari sebelumnya aku merasakan mules tapi tidak terjadi apa-apa. Suami pun masih terlelap tidur di samping. saat jam menunjukkan jam 3, aku langsung membangunkannya berhubung saat shubuh telah tiba. Ketika aku bercerita merasakan mulas yang rutin, langsung suamiku mengajak siap-siap pergi ke rumah sakit. Tapi aku menenangkannya biarlah kita sama-sama sholat shubuh jama`ah dulu.
AKhirnya setelah sholat, rasa sakit itu muncul 10 menit sekali. Tapi sayang taksi tidak bisa datang segera, walaupun kami telah menelponnya, berhubung tidak ada yang lewat dekat apartemen kami.

Kuputuskan untuk jalan kaki saja, suami pun setuju kami berharap proses bukaan rahim jadi lebih cepat. Tiba di depan Miyamaedaira eki, rasa sakit muncul 5 menit sekali. Subhanalloh sakitnya... karena belum makan akhirnya suami segera membeli onigiri. Saat sakit tiba lagi, ternyata sampai tak kuasa aku berjalan.

AKhirnya tibalah di mizonokuchi eki, tapi...saat densha akan berhenti, rasa sakit sedang muncul
dan akhirnya dengan memaksakan diri kumelangkahkan kaki. Persis di depan densha
aku tak bisa bergerak hingga densha melesat persis dibelakang kami. Orang-orang pun memperhatikan kami, subhanalloh....sakittt sekali, inikah saatnya...
Ya Allah, kuatkan saya tuk melangkah sampai rumah sakit.

Suamiku menyarankan agar aku berjalan cepat saat tidak merasakan sakit. Alhamdulillah peremempatan pertama telah kami lewati, tinggal satu perempatan lagi. Rasa sakit muncul lagi...dan suamiku menyarankan agar sebelum
5 menit sakit berikutnya tiba, kami sudah sampai di RS. Ya..persis di depan RS aku tak kuasa berjalan lagi ...

Alhamdulillah akhirnya tiba juga di depan uketsuke, petugas uketsuke telah menunggu karena sebelumnya kami sudah menelpon pihak RS. Aku segera masuk ke ruangan bersalin,

MasyaAlloh sudah ada darah segar dan lendir mengalir, ya Robbi..sudah saatnya..

Gankoshi pun datang memeriksaku sembari menyerahkan satu keresek besar perlengkapan
setelah melahirkan. Setelah diperiksa ternyata sudah bukaan 7 cm. Segera Gankoshi merawat dan mengganti bajuku dengan baju bersali. Kemudian mengantarku ke ruangan kontraksi. Di ruangan itu ritme kontraksi dan jantung bayi dideteksi.

Alhamdulillah suamiku dengan setia menanti dan sesekali mengingatkan pernafasan yang sama- sama kami pelajari saat training melahirkan. ALhamdulillah pernafasan itu membantuku untuk
mengurangi rasa sakit saat kontraksi muncul.

Tiba-tiba aku ingin mengejan..segera minta dipanggilkan gankoshi, dan ternyata sudah
bukaan 9 cm. Segaralah diminta pindah ke ruang bersalin dengan berjalan, ya...berjalan sendiri dengan rasa kesakitan. Semua perlengkapan lalu disiapkan, dan
dengan aku lantas bertanya kemana dokter Sone? Gankoshi tersenyum dan menanyakan ingin
menunggu dokter, segera kujawab..ingin segera melahirkan, biarlah tanpa dokterku yang penting selamat, Allah menyertaiku.
Suami segera memakai pakaian steril dari RS dan mencuci tangan sebelum ikut bergabung di ruang bersalin. Ternyata tak berapa lama datanglah dokterku, alhamdulillah.

Saat rasa ingin mengejan kurasakan kembali, tiba-tiba..aku merasakan air yang hangat
keluar..ternyata hasuishita (ya..air ketuban!). Alhamdulillah proses demi proses kulalui
dan suamiku tak henti-hentinya memberikan semangat sambil berdzikir, aku terus bernafas
teratur. Tapi saat-saat yang sangat aku tak sanggup lagi tenang...mulai aku berteriak..
subhanalloh sakit mas..Allohu Akbar...gankoshi mengingatkanku untuk jangan berteriak, tapi bernafas dan mengejan saat dikomandoi..

Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan penyayatan untuk memudahkan bayi keluar, setelah aku menyetujuinya..
Berkali-kali aku mengejan..sampai akhirnya ...masyaAlloh aku merasa tak sanggup lagi, langsung suamiku mengingatkanku agar terus berjuang... ayo sedikit lagi..hingga saat-saat puncak kelelahan...akhirnya keluar kepala bayi..tapi perjuangan belum selesai
ayo mengejan lagi..mo ikkai kudengar gankoshi menyemangatiku...

Oa..oa...terdengar dia menangis...
alhamdulillah ya Allah.....yang selama ini kami tunggu telah lahir...
dan Allohu Akbar....kagetlah kami ternyata bayi yang keluar laki-laki, karena sebelumnya hasil USG dokter memprediksi perempuan..

Omedetou gozaimasu...serempak para gankoshi member selamat pada kami.

Setelah bayiku bersih langsung kupeluk dan suamiku mengadzani, kemudian kami berfoto bertiga.. kemudian segera gankoshi menimbang dan mengukur panjangnya serta memberi tanda pada kakinya (ya tanda dengan tulisan merah)
Suami turut menyaksikan semua, sedangkan aku langsung ditangani dokter Sone untuk proses selanjutnya, yaitu pengeluaran plasenta dan penjahitan.

Subhanalloh kontraksi kurasakan lagi tapi memang tidak terlalu sakit seperti sebelumnya,
tapi kakiku masyaAlloh lemas sekali...Sekali lagi aku harus berjuang menahan rasa sakit
yang menyayat2 bagian bawah tubuhku, proses penjahitan yang panjang karena bayiku cukup besar 3,8 kg (3.755 kg tepatnya) panjang 51 cm.

Berkali-kali aku menanyakan pada sensei "owarimasuka?" ashi wa tsukaretta, ya..lemas sekali.
dan berkali-kali pula dokter menjawat chotto matte kudasai...(suamiku pun menyemangati ku
kembali..) dengan peluh keringat sensei berjuang untuk terus teliti menjahit satu persatu
bagian tubuhku..
Akhirnya alhamdulillah..selesai sudah...kakiku segera kuluruskan..
ahhh leganya... Tapi...perutku..ya..aku lapar..sekali.. onaka ga suitta.... (hmm aku memang belum makan sama sekali) tadi pagi hanya onigiri satu buah yang baru masuk ke dalam perutku..
ya robbi, sungguh lapar sekali...
alhamdulillah gankoshi segera membawakanku sebuah pisang dan susu satu sachet.. cukup untuk menghilangkan rasa haus dan laparku.. sebelum aku menghabiskan makanan suamiku pamit pulang.. padahal sebenarnya aku masih ingin ditemani..tapi karena kulihat wajahnya menunjukkan kelelahan juga aku relakan untuk istirahat sejenak di rumah..

Mamah..aku rindu padamu...

Yokohama, 2002


Nihon Hajimaru yo

Berganti detik, menit, jam dan hari...ya...teman pun tak luput berganti. Ada yang pergi ada yang datang. Ada yang baru ada yang lama. Kurasakan saat mulai kutapaki kakiku di negeri sakura.Di puncak musim panas yang terik...subhanalloh...suamiku bilang.."ini heater besar penciptanya Allah SWT". Ya..bulan Agustus 2002, mulailah kujalani hidupku bersama sang kekasih tercinta di dunia, suamiku.
Saat kumulai hidup baruku sekaligus hidup baru sebagai istri di negeri seberang...Hmm serasa mimpi. Kalimat pertama yang tak kumengerti saat tiba di bandara.."paspooto onegaishimasu!"seorang petugas meminta padaku.."ah..paspooto?..rasanya tak kubawa paspooto..Oh..beruntungsuamiku mempersiapkan semua penjelesanan dengan detail. ya..sampai denah pesawat pun tak tertinggalpaspooto ya..pasport. Langsung kuserahkan dan alhamdulillah beres..

Saatnya berjumpa dengan kekasih...deg...deg...deg..sudah 5 bulan sejak menikah kami tak berjumpaya...sedikit berbeda tapi ada rasa bahagia menyelimuti hati...hmmm akhirnya.
Berjilbab di musim panas tentu menjadi hal yang aneh bagi orang-orang Jepang..Ah...begikah sambutan negeri ini. Setiap kuberjalan diliriknya tak henti...Ah bagai artis di negeri orang. Ya..seperti kulihat mata-mata para pendukung artis di negeriku sendiri tak hentinya memperhatikan sang bintang..Tapi aku bukanlah artis semoga menjadi artis Allah SWT.Sesekali suamiku menggoda " kok...adik aja ya..yang diperhatiin disampingnya nggak dilirik sama sekali ya?"

Ah...risih sebenarnya...Hmm adakah muslimah di sini...terbetik di hatiku...ya..muslimah Jepang,wallohu`alam..baru saja kujejakkan kaki di negeri sakura musim panas...ya semua serba terbukaYa..ALloh...semoga kuberjumpa dengan saudari2ku...

Saatnya tiba Emiko-chan...

Pagi 8 Oktober 2004, tiket shinkansen pun tiba dari adikku. Alhamdulillah bapak dan mamah akhirnya bisa pergi ke Fukuoka menengok adikku sang penganten baru...Tertulis di tiket berangkat 10 Oktober 2004 jam 8.30 dari Kyoto Eki.
***
9 Oktober 2004, setelah dering HP berkali-kali bunyi suami memutuskan pergi ke Osaka, rupanya ada acara menginap bersama rekan-rekannya malam ini. Menjelang maghrib segera mengejar kedatangan bis terdekat yang tinggal beberapa menit lagi, jika terlambat harus menunggu 1 jam berikutnya. Tak lama selepas suami pergi, anak pertamaku terlelap karena seharian lelah bermain dengan abinya yang sejak kehamilanku yang kedua menjadi lengket. Kemanapun abinya pergi selalu diikuti, bahkan ke toilet, kamar mandi pun hendak dicari. Mamah dan bapak orangtuaku yang datang mengunjungi, sibuk mempersiapkan kepergian besok pagi. Aku pun tak lupa menyiapkan no telp yang bisa dihubungi, informasi turun dari shinkansen dan hal lain yang kurasa diperlukan. Khawatir juga rasanya melepas orang tua yang baru beberapa hari di Jepang bepergian sejauh ini. Jarak Kyoto-Fukuoka walaupun hanya 3 jam dengan shinkansen, tentulah hal yang sangat asing. Bismillah... semoga perjalanan beliau-beliau ini lancar. Alhamdulillah ayahku adalah seorang pemberani dan senang berpetualang, sifat ini pun ada padaku, inilah yang membuat rasa khawatir hilang. Jam 8 malam segera aku membeli tiket bis dari jidohanbaiki dekat rumah, agar besok mamah dan bapak bisa segera naik bis. Mereka akan dijemput suamiku di eki terdekat rumah jam 7 pagi.
Tak berapa lama selepas sholat Isya tiba-tiba perutku mulai terasa mulas 15 menit sekali...ya..kuperhatikan jelas jam dinding di ruang tengah, 15 menit sekali tepat.
Terlihat rasa meringis di wajahku oleh mamah dan bapak, membuat mereka mulai khawatir. Azzam pun terbangun jam 9 malam. Sambil menemani Azzam bermain..kuhitung dengan lebih detail datangnya rasa mulas. Masih 15 menit sekali... Terlihat wajah-wajah kelelahan di muka kedua orang tuaku, hingga kusarankan segera tidur...Sesekali aku meringis..hingga disarankan segera ke rumah sakit. Tapi, ingin kupastikan dulu ini bukan kontraksi palsu. Barulah jam 10, setelah telpon suami mengabarkan kondisi, Segera menelpon byoin dan mereka sudah siap menerima dan mulai mempersiapkan semuanya. Kurasa masih bisa menunggu beberapa saat lagi sebelum akhirnya satu jam kemudian baru menelpon taksi. Aku pun menelpon suami agar segera pulang atau menyusul ke byoin, dan membatalkan acaranya yang semula berakhir shubuh, tak kuasa tapi kondisi tidak memungkinkan. Jarak rumah-byoin, ataupun osaka-byoin tempat suami menginap, tidaklah dekat. Hingga saat di dalam taksi, suami menelpon kembali karena pihak byoin sudah menelpon balik.
***
ALhamdulillah jam 12.00 tiba di Byoin. Setelah bayar 4000-an yen ke supir, registrasi di uketsuke, segera kangofu-san (suster) membawaku dengan kereta dorong. Putraku masih terjaga, kulihat dia diam dalam gendongan neneknya, padahal sebelumnya hanya aku dan suami yang dipilih untuk menggendongnya. Barang bawaan kami tidaklah sedikit, karena persiapan bekal ke Fukuoka pun dibawa serta, hingga suster harus membawa baju-baju persiapanku sendiri.
***
Tiba di ruang jintsu (ruang kontraksi).... setelah suster memastikan baru bukaan 1.5 cm, segera berkas-berkas nyuin (opname) yang telah kupersiapkan diproses. "Suaminya dimana Bu?" tanya salah seorang suster... ya suami belumlah datang, kubilang masih diperjalanan. Berhubung orang tuaku tidak mengerti bahasa jepang dan proses tachiai (suami turut serta ke ruang bersalin) suamiku sangat ditunggu saat itu. Semoga dimudahkan perjalanannya ya Allah.. ***
Di tengah-tengah perjuangan menanti datangnya jintsu yang sudah 10 menit sekali, lalu 5 menit sekali..alhamdulillah suami datang..dengan kereta terakhir disambung taksi karena terhenti di tengah perjalanan...7 ribu yen, bukanlah harga yang murah untuk taksi, hemm cukup jauh juga rupanya...
***
Jam 1.00 aku dipindahkan ke bunben shitsu (ruang bersalin), setelah aku bilang ingin mengedan dan ternyata setelah kangofu-san memeriksa sudah bukaan 7 cm. Subhanalloh...bismillah..lahaula wala quwata illa billah...
***
Perjuangan dimulai... Sesekali suami menghiburku, selain berdzikir dan menyempatkan berwudhu sebelum menemani, kudengar dia mengomentari grafik-grafik yang menggambarkan kontraksi yang tercetak di kertas " Dek, grafiknya bagus sekali, menarik sekali, bisa dijadikan bahan paper katanya...ingin tersenyum tapi tak kuasa...cukup dalam hati. Hingga puncak-puncak kontraksi pun tiba gambar grafik di kertas tak mampu menuliskannya.."Dek, kok puncaknya nggak ada lagi, tak berhingga", kata suamiku Ya..subhanalloh..tapi semua dapat kurasakan saat itu dengan kuasa Allah ...subhanalloh Allahuakbar inikah jihad tertinggi wanita??? Saat rasa sakit muncul kembali, aku pun segera teringat perjuangan ibu-ibu palestina yang rela bahkan mendorong anak-anaknya untuk berjuang demi tanah air dan agamanya Ingin segera kuikuti jejak mereka... "Bismillah..Allohuakbar...!!!!" kalimat-kalimat semangat pun tak henti-hentinya kudengar dari suami: " Ayo berjihad dek..setelah ini ada kebahagiaan...insyaAlloh...ada seseorang yang dinanti...shabar..shabar.." ALhamdulillah..hingga akhirnya....bayi yang dinanti..lahir, 10 Okotber 2004, 3808 gr, perempuan, dan kami beri nama: Emiko Mihani Al-Anwar
Saatnya telah tiba Emiko-chan, semoga engkau menjadi anak yang sholehah, sehat, cerdas menjadi mujahidah dan senanatiasa berada dalam barisan kaum muslimin. AMIN DAN..2 jam setelah kelahiran Emiko, segera orang tuaku, suami dan Azzam pergi ke Kyoto Eki mengejar jadwal shinkansen jam 8.23 pagi. Tinggal aku dan Emiko beristirahat di rumah sakit ditemani para suster. Kini..kami telah berkumpul kembali di rumah, tinggal bersama dengan anggota baru. Ya Allah..semoga kami bisa mengemban amanah ini, Amin.

Ummu-Azzam Nara-Jepang, Oktober 2004